Another Templates

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Created by www.csstemplateheaven.com |
Blogger Template by Blogger Template Place

Pulau Mursala di Sumatra utara..


LEGENDA PULAU MURSALA DAN PUTRI RUNDU

files/user/3199/mursala_1.jpg
mursala_1.jpg
Masih ingatkah kita sebuah film yang berjudul “MURSALA” yang dibintangi oleh Rio Dewanto dan Titi Rajo Bintang yang pernah menuai kontroversi, karena kisah dalam film itu sangat tidak sesuai dengan apa yang pernah beredar di tengah-tengah masyarakat Pesisir Sibolga, Barus, Sorkam dan sekitarnya? Nah, untuk lebih tau apa dan bagaimana sebenarnya Pulau Mursala tersebut, berikut kisahnya:

Pulau Mursala atau Mansalaar Island merupakan pulau terbesar yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di sebelah barat daya kota Sibolga dan masuk dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli. Pulau ini berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias.
Luas Pulau Mursala sekitar 8.000 ha dan dapat ditempuh selama 1 jam menggunakan kapal cepat dari Sibolga. Pulau ini dihuni sekitar 60-an KK, dan dikitari belasan pulau-pulau kecil yang kebanyakan tidak berpenghuni.  Air terjun Pulau Mursala terkenal sebagai salah satu dari sedikit air terjun di dunia yang langsung terjun ke laut. Beberapa di antaranya adalah Kilt Rock Waterfall di Skotlandia, Falls Sounds Milford di Fjords Selandia Baru, dan Jeongbang di Pulau Jeju, Korea Selatan.
Di sekitar Pulau Mursala juga terdapat pulau-pulau lain yang juga mempesona, di antaranya Pulau Puti, Pulau Silabu Na Godang, Pulau Kalimantung Na Menek, Pulau Jambe, dan masih banyak pulau yang lainnya. Pulau-pulau tersebut juga memiliki keindahan yang tak kalah dari Pulau Mursala. Laguna dengan pantai pasir putih yang menyatu antara Pulau Silabu Na Godang dengan Pulau Kalimantung Na Menek, serta perairan dangkal dengan aneka terumbu karang dan ikan hias yang indah di sekitar Pulau Jambe.

Kota Mati..tak berpenghuni...

KOTA MATI CHERNOBYL => UKRAINA


Pernah dengar Kota Chernobyl di Ukraina? Chernobyl adalah sebuah kota tak berpenghuni di Ukraina utara, tepatnya di Oblast Kiev dekat dengan perbatasan Belarusia.

Kota ini ditinggalkan penghuninya tahun 1986 setelah bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkenal sebagai Bencana Chernobyl yang terletak 14,5 km utara-barat laut. Pembangkit tersebut dinamakan sesuai dengan nama kotanya, dan terletak di Chernobyl Raion (distrik), tetapi bukan merupakan tempat tinggal bagi pekerjanya. Pada saat pembangunan pembangkit tersebut, sebuah kota kembar, Prypiat dibangun didekatnya untuk para pekerjanya.

Chernobyl terletak di koordinat 51°38′LU 30°11′BT Sekarang kota ini masih berpenghuni walau hanya sedikit. Tingkat radiasi di kota ini masih dalam keadaan kritis, yaitu pada 5,6 roentgen per second (R/s) (0.056 Grays per second, atau Gy/s).

Semua Dimulai Dari Bencana Reaktor Nuklir Chernobyl

Pada 26 April 1986, Reaktor #4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl didekat kota Pripyat, Ukraina, meledak. Ledakan itu terjadi pada 1:23 dini hari ketika warga kota tetangga Pripyat sedang tertidur. Dua pekerja tewas seketika. 40 jam kemudian, penduduk Pripyat diperintahkan untuk mengungsi, dan jangan pernah kembali, pada saat itu, banyak warga telah menderita keracunan radiasi berbagai tingkat.

Karena bencana tersebut, ribuan penduduk terpaksa diungsikan. Meski sudah pindah, sebanyak 237 orang menderita sakit radiasi parah dan 31 di antaranya tewas dalam waktu tiga bulan. Radiasi ini menyebabkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Tidak hanya berdampak pada warga, radiasi nuklir juga mengotori lingkungan, hewan dan tumbuhan di kota ini.

Pada tahun 2003, Program Pembangunan PBB meluncurkan proyek yang disebut Pemulihan dan Pembangunan Chernobyl (CRDP) untuk pemulihan daerah bencana. Program ini diluncurkan kegiatannya berdasarkan Konsekuensi Manusia rekomendasi laporan Kecelakaan Chernobyl Nuklir dan dimulai pada bulan Februari 2002. Tujuan utama dari kegiatan CRDP itu adalah mendukung Pemerintah Ukraina untuk mengurangi konsekuensi jangka panjang sosial, ekonomi dan ekologi dari bencana Chernobyl, antara lain. CRDP bekerja di empat paling Chernobyl daerah yang terkena di Ukraina: Oblast Kiev, Oblast Zhytomyrska, sebagian Kiev, Oblast Chernihivska dan Oblast Rivne.

Hingga kini, tingkat radiasi di Chernobyl masih cukup tinggi. Namun begitu, banyak orang yang penasaran untuk melihat keadaan kota tersebut setelah ledakan. Maka dari itu, banyak penyedia layanan wisata yang menyediakan tur ekstrem menuju tempat ledakan. Pripyat, kota terdekat dari pusat lokasi bencana, kini menjadi kota kosong yang dibuka umum untuk turis yang ingin melihat sisa-sisa nuklir di tempat ini.

Hari ini aku ingin ke Eropa...


Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M-1492M)

Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal denganRenaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.[1]
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa[2] Di sini pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan toleransi yang tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.[3]
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama, kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata; mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak sedikit dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]

Sejarah Bangsa Yunani

Yunani Arkais


Guci Dipylon dari periode Geometris akhir, permulaan periode Arkais, sekitar 750 SM.
Periode Arkais dimpulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman Kegelapan yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia, memodifikasinya dan menciptakan alfabet Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai muncul.[7] Yunani saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah satu sama lain oleh laut atau pengunungan.[8]